Rabu, 14 November 2012

Keistimewaan Kuadrat Angka 5


Sobat BBF,
Kali ini kami mw membagikan trik memecahkan soal kuadrat dengan mudah yang digit belakangnya berangka 5.
Teman-teman pasti bisa menyebutkan bilangan yang digit belakangnya 5, kan ???
Sebut saja 15, 25, 35, 45, dan seterusnya . . .
Ternyata ada cara mudah untuk memecahkan soal kuadrat yang berdigit belakang 5!! Mau tau ?? Simak penjelasannya berikut ini :

Kali ini kita ambil contoh 〖15〗^2 => dibaca 25 kuadrat ya. Untuk kuadrat yang berdigit belakang 5, pasti jawaban digit belakangnya 25.
Sehingga nanti jawabannya  =>     .....25
Nah, sekarang kita perhatikan soal kembali, lihat angka di depan angka 5! Dalam soal ini, adalah angka 1. Nahhhhh, angka 1 dikalikan dengan angka setelah angka 1, berarti kan angka 2. Maka :
1 x 2 = 2
Kemudian angka 2 ini diletakkan di depan angka 25, maka jawaban dari 〖25〗^2 = 225

Apakah sobat BBF sudah mengerti ???
Jika belum, kami berikan 1 contoh lagi.

Kita ambil contoh 〖75〗^2 => berarti dibaca 75 kuadrat ya. Seperti biasa, untuk soal kuadrat yang berdigit belakang 5, pasti jawabannya akan berdigit belakang 25.
Sehingga nanti jawabannya =>   .......25
Nah, sekarang kita perhatikan soal kembali, lihat angka di depan angka 5! Dalam soal ini adalah angka 7. Nahhhhhh, angka 7 ini dikalikan dengan angka setelah angka 7, berarti kan angka 8. Maka :
7 x 8 = 56
Kemudian angka 56 ini diletakkan di depan angka 25, maka jawabannya 〖75〗^2 = 5625

Jika sobat tidak percaya, boleh dihitung secara manual, pasti jawabannya akan sama. Jadi daripada berlama-lama menghitung secara manual, kita pakai saja cara yang lebih cepat. Tapi ingat ya, ini hanya bisa dipakai untuk kuadrat dengan digit belakang 5 saja!

Sekarang sobat boleh mempraktekkan untuk soal kuadrat berdigit belakang 5 yang lainnya.
Selamat mencoba dan tunggu tips dari kami selanjutnya.

Salam BBF!!!

Rabu, 04 April 2012

Berdoa dan Belajar

buat sahabat BBF semua...pasti lagi deg2an ngadepin UAN...
semangat ya sayang...jangan pernah menyerah kalo hasil try outnya jelek...
masih ada kesemapatan lain buat memperbaikinya....
terus berusaha sampai UAN di depan mata...

tapi sayang,,,,jangan lupa untuk berdoa ya...
Biar Tuhan memudahkan sahabat BBF untuk belajar dan mengerjakan soal - soal...
eits jangan lupa juga minta doa restu orang tua...itu penting lho kak....!!!!!
 selamat mengerjakan soal - soal try out ya...

Jumat, 13 Januari 2012

JANGAN MENYERAH,,,Jangan Pernah Menyerah,,Teman2...
SEMANGATTTTTTTTTTTTTTT,,,!!!!!!!!!!!!!!!!

Seperti Lagu D'Masiv - Jangan Menyerah
http://adf.ly/4kc8c

Kamis, 12 Januari 2012

HADIAH UNTUK LIA


HADIAH UNTUK LIA
“Lia….ayo ke aula!!kok malah bengong di sini???”
“eh iya nes….bentar aku belum beresin tas..”ucapku
“gimana Lia udah nyiapin pidato belum?aku yakin kamu bakal jadi juara umum lagi..” ucap nesya sahabatku. Nesya merupakan sahabatku dari SMP sampai sekarang. Entah kenapa kamipun selalu sekelas dan sebangku. Akupun akrab dengan kelurganya, bahkan aku juga menegajar les privat untuk adiknya yang masih duduk di bangku kelas enam.
“oi Lia..jangan lupa pas pidato kelas kita disebut ya….”
“iya lia..biar kelas kita jadi ngetoplah….kaya enyong”
Teman – teman sekelas pun tertawa mendengar ocehan Burhan dengan gaya ngapak bahasa Tegal. Semua orang di kelas ini percaya kalau akulah yang akan menjadi juara umum untuk semester kemarin. Sekolahku memiliki tradisi untuk mengumumkan juara umum pada saat hari pertama masuk sekolah. Sangatlah wajar bila teman – teman berharap akulah yang menjadi juara umum karena dari kelas satu aku selalu menjadi juara umum, semester lalupun aku kembali menjadi bintang kelas. Akupun berharap kalau sekali lagi aku lah yang menjadi juara umum. Bukan untk kebanggaan, tetapi agar aku bisa sekolah disini tanpa harus memikirkan biaya SPP.
“selamat pagi anak – anak….seperti biasa setiap awal semester bapak akan umumkan siapa yang menjadi juara umum untuk Tiap kelas” ucap pak Ismail dengan suaranya yang bijaksana. Beliau merupakan kepala sekolah yang sangat sederhana dan dekat dengan para siswa. Beliau selalu menyempatkan hadir bila OSIS menyelenggarakan kegiatan. Beliau memang pendiam tetapi selalu member contoh dalam setiap perbuatannya.
“aku yakin kamu juara umum angkatan kita…kalo IPS paling si Rahman…kamu khan udah jadi juara kelas…”bisik Nesya.
“ssssttt….udah kita dengerin aja pidato pak Ismail” kataku. Ucapan Nesya sebenarnya membuatku semakin percaya diri bahwa akulah yang akan menjadi juara umum untuk kelas IPA. Ya Allah, betapa sombongnya aku!!!kenapa aku jadi sombong begini. Bukankah katanya Danu nilainya naik, siapa tahu dia yang juara umum atau Tasya.
“dan yang menjadi Juara Umum kelas dua adalah……”
“pasti Nathalia….” Salah seorang temanku berteriak.
“Lia….Lia….Lia….Lia…”
Teriak siswa dalam gedung Aula sekolah.
“tenang semuanya…bapak belum selesai berbicara….Juara umum untuk kelas dua adalah….Narendra…”
Hening. Seluruh siswa dalam ruangan ini menjadi sangat hening, tidak ada tepuk tangan yang ada hanya gumaman dan wajah – wajah yang heran. Tepuk tangan mulai terdengar dan itu berasal dari tangan pak Ismail. Orang – orang pun mulai sadar dan mulai bertepuk tangan.
Bibirku kelu, rasanya semua persendianku lemas dan badanku lemas seperti tidak ada tulang yang menopangku. Ya Allah, Narendra anak baru itu. Bukankah dia baru pindah dua bulan yang lalu, seharusnya dia ketinggalan materi pelajaran.
“Lia…Lia….kamu ga apa – apa khan?”
“eh iya…Nes…aku ga apa – apa…eh kok udah pada pergi…emang udah penyerahan beasiswa?”tanyaku gugup. Rasanya jiwaku seperti baru kembali ke bumi setelah Nesya mengguncang bahuku.
“kamu ngelamun ya…si anak baru itu ga ada…tau tuch di panggil ga nongol…”jawab Nesya ketus. Aku malu sekali dia memergokiku melamun.
“udahlah Lia ke kelas aja yuk…ntar keburu mulai wali kelas dateng”
Kenapa rasanya kaki ini berat sekali melangkah, rasanya malu sekali masuk kelas. Tadi pagi mereka begitu yakin kalau akulah yang menjadi juara umum. Tapi ternyata..
“ pagi pak maap telat..habis nungguin si Lia ngelamun dulu pak…” ucap Nesya dengan entengnya. Spontan akupun mencubit pipinya yang tembem. Sontak seluruh kelaspun tertawa.
“sudah…sudah…semuanya tenang…bapak mau kasih pengumuman buat kalian…” ucap pak Usman wali kelas kami.
“Lia..karena kamu juara kedua dalam semester ini maka kamu tetap mendapatkan beasiswa tapi hanya sampai 3 bulan…nanti kamu bisa menghubungi bagian keuangan” ucap pak Usman. Aku mengerti ada nada penyesalan dalam suaranya. Aku tahu pak Usman memikirkan biaya sekolahku nanti karena selama ini aku dekat dengan beliau dan selalu terbuka mengenai apapun termasuk panti. Pak Usman dekat denganku mungkin juga karena bu Yasmin yang menitipkanku pada pak Usman di sekolah ini.
Ah lalu bagaimana ini, hanya 3 bulan!lalu bagaimana dengan bulan – bulan selanjutnya. Aku tidak mungkin meminta kepada bu Yasmin. Apalagi setelah mendengar pembicaraan bu Yasmin dengan bendahara panti asuhan. Sepertinya uang kas panti asuhan sudah menipis. Kalau aku meminta biaya kepada panti asuhan pasti akan sangat berat. Bagaimana ini?
Pak Usman mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia salah satu pelajaran favoritku, tapi entah kenapa hari ini yang ada di otakku hanya bagaimana caranya aku bisa membayar sekolahku setelah 3 bulan. Hancur sudah semua rencana yang aku susun.
“Lia…ke kantin yuk….!”
“LIA….!!!!!!”Teriak Nesya seraya mengguncang punggungku lagi.
“eh kenapa Nes….pak Usman manggil aku?”jawabku kaget.
“kamu masih mikirin tentang beasiswa itu ya???aku tau kamu mungkin kaget karena ada yang rebut posisimu…but wake up girl!ga selamanya orang diatas..mungkin memang bukan rejekimu…”ucap Nesya. Aku tahu Nesya bermaksud menghiburku. Aku juga tahu kenapa dari tadi dia tidak membahas kejadian di aula karena menghargai yang mungkin kecewa. Nesya memang bukan seorang penghibur, dia selalu berbicara realistis. Dan aku juga tahu pasti butuh waktu untuk mengucapkan kata – kata tadi.
“udahlah…aku tahu kamu pusing mikirin empat bulan yang akan datang…tapi daripada pusing pikirin aja masalah hari ini…yang buat besok pikirin besok…ngapain pusing…ntar aku bantuin dah pusingnya….kantin yuk!!!aku traktir itung – itung merayakan aku ranking Sembilan…hahahaha”
Aku hanya bisa tertawa mendengar ucapan Nesya. Aku tahu Nesya pastilah senang karena bisa masuk sepuluh besar, bukan hanya Nesya tapi mamanya pun terlalu berlebihan dalam merayakannya.Yah mungkin aku yang terlalu memikirkan masalah itu. Tapi entah kenapa aku lebih tertarik ke perpustakaan.
“Nes…tapi aku lagi pengin di perpus dech….gpp ya kamu ke kantin sendirian?”kataku.
“yaudah terserah kamu…ntar aku beliin makanan buat kamu ya….biasa khan…”
“matatih…neca….”
“cama….cama….ia….”jawab Nesya. Kamipun tertawa mendengar ucapan kami yang sok imut itu.
Tidak perlu waktu lama untuk sampai ke perpustakaan. Hanya butuh satu belokan dari arah kelasku. Aku menyukai perpustakaan karena tempat ini selalu sepi. Bukan karena tempat ini dilarang berisik, tapi karena tempat ini jauh dari keramaian. Eh tapi kenapa perpustakaan jadi ramai gini ya.
“Tan, ada apaan sech kok banyak banget yang liat ke jendela….”tanyaku. Tania adalah sumber dari segala informasi. Entah kenapa setiap ada sesuatu yang baru di sekolah ini Tanialah orang nomor satu yang tahu. Tania pernah bilang kalau itu semua karena kupingnya yang super tajam dalam mendengar.
“aduh Lia…ga ngerti orang lagi sibuk…ganggu aja…”
“ganggu apaan orang dari tadi lu cuma liat jendela…” ucapku heran.
“ye bukan jendelanya yang diliat tapi tuch dibalik jendelanya..ada makhluk tuhan yang paling indah Lia…..Narendra….”ucap Tania dengan mata yang tak mau lepas dari sosok Narendra. Oh itu yang namanya Narendra, dulu aku tidak terlalu antusias saat semua orang membicarakan anak baru. Waktu itu aku lagi sibuk – sibuknya membagi waktu antara belajar dan mengajar les. Jadi biasanya istirahat aku tetap di kelas untuk belajar. Ternyata lumayan juga pantas banyak banget penggemarnya.
Aku pun berbalik haluan menuju kantin, tadinya memang ingin menenangkan diri ke perpustakaan tapi malah jadi rame. Kesal aku pun melangkah menuju kantin menyusul Nesya.
“Lia…..!!!!”
Eh siapa yang panggil namaku ya. Oh rupanya Burhan tapi tumben dia ada disini.
“nape bos…kayak lagi neriakin maling dech….” Kataku.
Burhan tidak langsung menjawab melainkan mengatur nafasnya yang tidak teratur gara – gara mengejarku tadi.
“cepet banget sech jalanmu Lia…”ucap Burhan sambil ngos – ngosan. Akupun hanya tersenyum simpul. Sudah banyak orang yang mengomentari jalanku dan Burhan orang kesekian yang berkomentar.
“eh…Lia..pulang sekolah masih ngelesin adeknya Nesya ga?”Tanya Burhan.
“masih kok seminggu tiga kali..emang kenapa?”tanyaku. aku memang mencari uang tambahan dengan memberikan les pada adek Nesya. Keluarga Nesya sangat baik, sering kali uang yang aku terima lebih tinggi dari kebanyakan murid – murid lesku. Tapi sekarang karena aku kelas tiga aku hanya memberikan les pada adik Nesya.
“aku mau nawarin kerjaan nech…jadi kasir di minimarket ibuku…ibuku lagi butuh orang..dan penginnya sech kamu lagi yang jadi kasir…”ucap Burhan.
Sebenarnya tawaran Burhan sangat pas dengan kondisiku yang butuh uang tambahan untuk membiayai sekolahku dan untuk biaya kuliahku. Apalagi dulu juga aku sering membantu ibu Burhan di minimarketnya.
“malah ngelamun…gimana mau ga..kalo mau ntar sore langsung ke minimarket ya…” ucap Burhan.
“eh iya…iya..mau…tapi shiftku sore aja ya..malamnya aku mesti ngelesin…”
“oke lah..gampang diatur itu…kantin yuk….aku traktir dech…”
“oke….”
Sore itu aku pun benar – benar memenuhi janjiku untuk bekerja paruh waktu di minimarket ibu Burhan. Tentu saja aku sudah meminta ijin pada bu Yasmin untuk bekerja paruh waktu. Sesampai disana banyak sekali pekerjaan yang menunggu. Rupanya Burhan tidak berbohong sewaktu dia mengatakan di minimarket sedang banyak pekerjaan.
Eh tapi rasanya aku kenal dengan pembeli itu, sepertinya aku pernah melihat dia tapi dimana ya?. Lho kenapa Burhan bisa kenal dengan orang itu, apa dia satu sekolah denganku ya.
“kasir kok ngelamun….?”.Eh sejak kapan dia sudah ada di kasir. Ketahuan dech aku melamun.
“eh enggak kok kata sapa…”kataku gugup. Akupun mulai menghitung belanjaannya. Sebenarnya dia tidak  bisa dibilang belanja hanya membeli air mineral.
“apa kamu memang selalu cemberut seperti itu?” tiba – tiba dia bersuara.
“jangan sok tau…kamu khan baru pertama kesini”ucapku sewot. Terang saja aku bersikap judes karena sekarang aku baru ingat siapa dia. Dia adalah orang yang sudah merebut beasiswaku.
“wah kamu  yang sok tau..aku sering kesini kok..ini mini market Burhan khan..”ucapnya dan rasanya dia tersenyum kepadaku. Senyumnya manis sekali tapi entah kenapa semuanya jadi hilang bila ingat siapa dia.
“hei kalian sudah saling kenal ya….”tegur Burhan.
“ah enggak…kayaknya temenmu itu kurang bersahabat sama aku…”ucapnya santai. Aku hanya bisa diam saja. Rasanya malas sekali berbicara dengan dia. Ah ada apa denganmu Nathalia, bukan salahnya juga kalau kamu tidak bisa mendapatkan beasiswa itu lagi.
“owh lagi PMS kali Ren…udah biarin aja ntar…” belum selesai Burhan menyelesaikan ucapannya tanganku sudah mencubit badannya yang subur itu. Burhan hanya bisa tertawa melihat wajahku yang semakin judes.
“aku permisi Bur…mau siap – siap pulang…” ucapku tanpa memperdulikan Narendra. Aduh Nathalia dia khan ga salah apa – apa masa iya kamu musuhin kayak gitu.
“Lia..aku minta maaf kalau karena aku kamu jadi kehilangan beasiswamu…aku tidak tahu kalau ternyata selama ini kamu yang selalu dapat beasiswa itu..,kalau kamu mau aku bisa bilang ke kepsek buat ngasih beasiswa itu ke kamu…”
“heh!!kamu pikir aku ga bisa apa ngebiayain sekolahku sendiri…aku ga perlu ya bantuan dari kamu..kenal aja baru sekarang…” ujarku memotong pembicaraannya yang belum selesai. Akupun keluar dari mini market dengan hati yang dongkol, marah, malu dan bahkan ada setitik perasaan bersalah. Kenapa aku harus berbicara sekasar itu kepada Narendra, padahal dia tadi berusaha membantuku dan berusaha ramah padaku.
Sial!kenapa dari tadi tidak ada angkot yang lewat. Eh bungkusan apa itu, kenapa ada di halte bus ini. Eh jangan – jangan isinya bom lagi. Akhir – akhir ini khan banyak berita bom dimana –dimana. Aduh bagaimana ini, kenapa hanya aku sendirian disini. Akhirya akupun memberanikan diri membuka bungkusan itu. eh teryata di dalamnya ada sebuah alamat dan ada amplop cokelat. Tapi isinya apa ya??ASTAGA!!!ini uang banyak sekali. Bagaimana ini, aduh gimana ya. Udah Lia ambil aja itu namanya rejeki lumayan buat biaya sekolahmu dan tabungan persiapan kuliah, kayaknya uangnya sekitar lima puluh jutaan lumayan lah Lia. Eh jangan Lia, mending kembaliin aja sama yang punya. Siapa tahu orang itu butuh banget sama uang itu. Apalagi dalam bungkusan ada alamatnya khan. Aduh kenapa rasanya ada malaikat dan setan dalam otakku. Ya Tuhan bagaimana ini. Ah apa aku harus membawa pulang ini ya ke panti. Apalagi temen sekamarku Mia sedang ikut kemah di sekolahnya.
“ memang mama taruh mana sech bungkusannya?” ucapku tenang. Sudah sering kali mama kehilangan barangnya karena kecerobohannya. Sebenarnya aku juga panik karena kali ini mama benar – benar kehilangan barang yang sangat berharga.
“aduh tadi perasaan mama udah masukin ke tas kok…kata pak Budi dia udah nyari di jalan yang tadi mama lewati tapi ga ada…aduh gimana ini nak…” akhirnya mama menangis juga setelah berusaha menahan tangisnya. Tadi juga aku ikut mencari di jalan – jalan yang mungkin mama lewati bersama pak Budi. Tapi semuanya nihil, rasanya bungkusan itu hilang ditelan bumi eh salah mungkin hilang di telan perut orang. Tidak salah aku mengumpamakan ini karena dalam bungkusan itu ada uang cash sebesar lima puluh lima jutaan. Uang itu akan mama gunakan untuk membayar gaji karyawan mama di katering dan untuk membayar sewa butik mama.
“udah ma…kita berdoa aja biar kalau ada yang nemu balikin kita…” aku mencoba menghibur mama. Walau aku tahu itu akan sia – sia, mana mungkin ada yang mau mengembalikan uang sebanyak itu di jaman sekarang.
Hari ini rasanya badanku ringan sekali, seakan semua beban yang ada dalam pikiranku semua hilang. Hanya seakan karena beban itu masih ada dan harus di pecahkan. Rasanya aku sudah bisa bernafas lega karena aku sudah tidak usah memikirkan uang temuan itu. Akhirnya setelah 2 x 24 jam dan setelah membut Nesya kesal karena selama dua hari aku hanya diam saja menanggapi semua ocehannya, akhirnya aku mengembalikan uang itu ke alamat yang ada dalam amplop. Ternyata uang itu merupakan pembayaran katering, karena pemilik alamat tersebut telah menggunakan katering tersebut. Dia berjanji akan menghubungi pemilik uang tersebut. Tapi ibu itu meminta alamatku, katanya siapa tahu nanti temannya ingin mengucapkan terima kasih. Akupun akhirnya memberikan alamat panti ini.
“ mba Riani dipanggil bu Yasmi di kantor…katanya ada tamu” ucap Mia. Eh tumben sore – sore bu Yasmin memanggilku. Tapi siapa tamu yang mau menemuiku ya. Biasanya kalau Nesya atau Burhan bisa langsung ke ruang tengah.
“eh kamu ngapain disini….”. Apa tamu yang bu Yasmin itu si Narendra? Tapi kenapa dia tahu aku disini?.
“Lho Lia kamu tinggal disini??aku baru tau….aku kesini cuma nemenin ibuku”ucapnya. Hah!apa dia bilang, dia hanya menemani ibunya. Untuk apa ibunya kesini.
“Lho Riani kamu kok disini? Ibu tunggu di kantor malah kamu ngobrol disini?” kata Bu yasmin.
“ oh ini yang namanya Riani…saya Bu Tika…saya benar – benar terima kasih lho nak Riani menemukan bungkusan itu…”. oh jadi ini yang memiliki uang sebanyak itu.
“ eh kok Riani…bukannya namamu Nathalia ya….”ucap Narendra kebingungan.
“ Namaku itu Nathalia Oktariani…tapi disini semua orang memanggilku Riani…”. Aku menjelaskan kepada Narendra sambil tersenyum.
“ ya sudah yuk kita ke kantor…bu Tika ingin ngobrol penting dengan kamu Riani”.
Akhirnya kamipun berjalan menuju kantor. Aku sempat berpikir apa yang akan dibicarakan oleh bu Tika ya. Apa uangnya berkurang tapi aku tidak mengambil uang itu. Tiba – tiba wajahku mulai memucat membayangkan hal – hal buruk yang mungkin akan terjadi.
“nak Riani kok tiba – tiba wajahnya kelihatan pucat??kamu sakit nak…”
“ bu Tika…sungguh bu saya ga ambil uang itu sepeser pun….bener bu….semuanya saya kasih ke temen ibu itu…”ucapku sambil menangis bukan menangis tapi rasanya aku hampir saja berteriak.
“eh Lia kenapa tiba – tiba kamu jadi lebay gitu sech…”hah!apa dia bilang aku lebay!itu bukan lebay tapi panik. Bagaimana kalau aku dituduh pencuri.
“ Riani..Bu Tika kesini ingin mengucapkan terima kasih kepadamu karena kamu sudah menemukan barang milik beliau….dan barang itu utuh tidak ada yang kurang…bu Tika ingin memberikanmu hadiah….”suara Bu Yasmin terasa menyejukkan.
“ Begini nak Riani…sebagai ucapan terima kasih…Ibu akan membiayai seluruh keperluan sekolahmu sampai kamu lulus…jadi kamu ga usah kuatir dengan sekolahmu…”
Rasanya seperti padang tandus yang terkena guyuran hujan. Aku hanya bisa terdiam tapi rupanya air mataku tidak bisa diam. Aku hanya bisa menangis bahagia.
“jadi hasil pekerjaan paruh waktumu bisa kamu tabung untuk biaya kuliahmu kelak…”ucap Bu Yasmin. Beliau hanya bisa membelai rambutku dengan penuh kasih sayang.
“ ternyata cewe galak kayak kamu bisa cengeng juga ya….aku pikir…”
Lagi – lagi aku memotong pembicaraannya dengan cubitanku yang keras. Kamipun tertwa bersama.